Default Image

15 Pasien Anak di RS Gaza Meninggal karena Dehidrasi dan Malnutrisi

Oleh
Diterbitkan pada 4 Maret 2024 09.46 WIB
15 Pasien Anak di RS Gaza Meninggal karena Dehidrasi dan Malnutrisi
Suasana mencekam di dalam salah satu rumah sakit di Gaza saat terjadi serangan udara Israel

peluru-tank-israel-hantam-bangsal-bersalin-rs-nasser-di-khan-younis-3_169.jpeg 15.82 KB
Sedikitnya 15 anak di Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara, Palestina, meninggal dunia akibat dehidrasi dan kekurangan gizi atau malnutrisi.
Demikian dilaporkan Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza seperti dikutip dari Reuters, Minggu (3/3).

"15 anak meninggal akibat kekurangan gizi dan dehidrasi di Rumah Sakit Kamal Adwan," kata juru bicara Kemenkes Palestina, Ashraf Al-Qidra.

"Kami khawatir atas nyawa enam anak yang mengalami gizi buruk dan dehidrasi di ICU Rumah Sakit Kamal Adwan akibat generator listrik dan mesin oksigen mati, dan lemahnya kapabilitas medis," imbuh Qidra.

Pada 19 Februari lalu, Badan PBB untuk Anak-anak (UNICEF) memperingatkan peningkatan tajam kasus malnutrisi di kalangan anak-anak, wanita hamil dan ibu menyusui di Jalur Gaza menimbulkan "ancaman serius" terhadap kesehatan mereka, apalagi mengingat serangan intens pasukan Israel terhadap wilayah kantong tersebut.

Dan, pada akhir pekan ini, UNICEF kembali memperingatkan komunitas internasional tentang dampak perang Israel terhadap anak-anak di Jalur Gaza, dan mengatakan bahwa mereka menderita malnutrisi akut dan berada di ambang kematian. 

Direktur Eksekutif UNICEF  Catherine Russell melalui akun media sosial X miliknya mengaku terkejut atas laporan sehari sebelumnya yang menyebutkan belasan anak meninggal akibat malnutrisi di Gaza.

"Hal baru yang mengerikan di Gaza bahwa hingga kini sedikitnya sepuluh anak meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi, sementara masih banyak anak lainnya yang berada di ambang kematian", tulisnya.

Dia menambahkan bahwa 1 dari 6 anak di bawah usia dua tahun di Gaza utara mengalami malnutrisi akut.

Russell menyerukan 'gencatan senjata sekarang', dengan alasan bahwa 'setiap menit berarti' bagi anak-anak di Gaza yang menghadapi malnutrisi 'mematikan'.

Menurutnya, keterlambatan satu menit dalam mengakses makanan, air, perawatan medis dan perlindungan dari peluru dan bom Israel bagi anak-anak Palestina di Gaza akan menimbulkan imbas yang mengerikan.

"Semua ini tak mungkin terjadi tanpa adanya gencatan senjata kemanusiaan di Gaza," kata ketua UNICEF tersebut yang juga pernah menyebut Gaza sebagai "tempat paling berbahaya di dunia bagi anak-anak."

Para pejabat UNICEF telah mengeluarkan banyak peringatan sejak awal perang Israel di Gaza yang telah membunuh sebagian besar anak-anak dan perempuan.

Salah satu pejabat UNICEF baru-baru ini mengatakan bahwa anak-anak di Gaza berkali-kali terpaksa menghindari pemboman Israel selama beberapa bulan terakhir dan mereka hanya makan sehari sehari.

Israel menghentikan layanan di 31 rumah sakit di Gaza akibat pemboman, penghancuran dan penyitaan pasokan medis dan bahan bakar dan sebagian menargetkan 152 fasilitas kesehatan, menurut Kantor Media Pemerintah di Gaza.

Israel meluncurkan serangan mematikan di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober.

Serangan balasan Israel kemudian menewaskan 30.410 orang dan melukai 71.700 orang lainnya, disertai dengan kehancuran massal dan krisis kebutuhan pokok.

Perang Israel telah memaksa 85 persen penduduk Gaza mengungsi di tengah krisis makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di sana telah rusak atau pun hancur, menurut PBB.

Israel dituduh melakukan genosida dalam gugatan yang dilayangkan ke Mahkamah Internasional (ICJ).

Putusan sela ICJ pada Januari memerintahkan Tel Aviv agar menghentikan aksi genosida dan mengambil tindakan guna memastikan bantuan kemanusiaan sampai kepada warga sipil di Gaza.