Default Image

Jurnalis Pahlawan Informasi Palestina Motaz Azaiza Tinggalkan Gaza

Oleh
Diterbitkan pada 24 Januari 2024 08.52 WIB
Jurnalis Pahlawan Informasi Palestina Motaz Azaiza Tinggalkan Gaza

Jurnalis foto Motaz Azaiza, pewarta perang yang selama ini meliput kekejaman Israel di Jalur Gaza, memutuskan untuk meninggalkan daerah kantong tersebut.
Dalam sebuah video yang diunggah Selasa (23/1), Azaiza mengumumkan bahwa dirinya harus mengungsi karena sejumlah alasan.
"Saya harus mengungsi karena banyak alasan yang Anda semua tahu beberapa di antaranya tapi tidak seluruhnya," kata dia di X.

"Terima kasih semua. Pray for Gaza," tulis dia lagi, seperti dikutip Al Arabiya, Selasa (23/1).
Azaiza merupakan salah satu pewarta yang menjadi kunci media dalam meliput kondisi Jalur Gaza selama agresi Israel sejak Oktober lalu.
Dia menyediakan update langsung mengenai agresi Israel di Gaza kepada lebih dari 18 juta pengikutnya di Instagram dan lebih dari satu juta pengikut di X.

"Ini adalah terakhir kalinya Anda akan melihat saya dengan rompi yang berat dan bau ini," kata Azaiza dalam unggahan video di Instagram, merujuk pada rompi jurnalis yang digunakan di zona perang untuk mengidentifikasi diri sebagai non-kombatan.
Dalam kesempatan itu, Azaiza mengaku sedih karena harus meninggalkan Gaza. Dia juga berharap bisa kembali lagi untuk membantu membangun kembali Gaza pascaperang.

Jutaan orang di seluruh dunia telah menyaksikan perang di Gaza melalui lensa warga Palestina yang berbagi realitas sehari-hari mereka di media sosial.

Mereka membagikan situasi dan keadaan sesungguhnya di tengah konflik yang sudah berlangsung tiga bulan itu. Banyak netizen yang akhirnya terikat secara emosional karena laporan-laporan yang mereka sajikan.

Lebih dari 80 wartawan, kebanyakan warga Palestina, telah meninggal dunia buntut serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober.

Menurut data Reporters Without Borders (RSF), 18 di antaranya tewas saat bertugas.
Komisioner Hak Asasi Manusia PBB pun menyatakan keprihatinan atas tingginya jumlah korban tewas di kalangan pekerja media di Gaza.

Sepuluh pekan pertama perang tercatat sebagai kurun waktu yang paling mematikan bagi jurnalis, dengan sebagian besar wartawan tewas dalam satu tahun di satu lokasi, menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) yang berbasis di AS.

Pengadilan Kriminal Internasional pada 9 Januari mengonfirmasi bahwa pihaknya saat ini sedang menyelidiki potensi kejahatan terhadap wartawan sejak agresi Israel diluncurkan.

Israel, sementara itu, berulang kali membantah bahwa mereka membunuh wartawan, dengan menegaskan mereka hanya menargetkan Hamas.