Aparat keamanan Israel menangkap setidaknya tujuh orang dalam demonstrasi mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mundur di ibu kota Tel Aviv pada Sabtu (2/3) malam.
Demonstrasi anti-pemerintah tersebut menyerukan pemilihan umum segera dilangsungkan. Demo tersebut merupakan salah satu dari beberapa protes yang berlangsung di penjuru Israel di hari yang sama.
Selain demo anti-pemerintah, unjuk rasa juga berlangsung di Tel Aviv guna mendesak pemerintah membebaskan sisa sandera Hamas.
Dikutip Al Jazeera, para anggota keluarga sandera dan warga simpatisan lainnya turun ke jalanan Tel Aviv menuntut pembebasan sandera Hamas yang sudah hampir lima bulan ditahan.
Di tengah-tengah aksi para demonstran, rekaman dari lokasi kejadian menunjukkan sebuah mobil terus melaju dengan kecepatan tinggi setelah seorang pengunjung rasa naik ke kap mobil itu.
Menurut media Israel, pengemudi kendaraan yang terlihat dalam rekaman tersebut menolak untuk membiarkan pengunjuk rasa turun dari mobilnya saat diminta. Ia kemudian melaju dengan kecepatan yang mengancam nyawa sang pengunjuk rasa.
Pihak kepolisian mengatakan bahwa mereka tengah menyelidiki latar belakang insiden tersebut.
RUDAL: Apa yang 'Boleh dan Tidak Boleh' Dilakukan saat Perang?
"Kami akan mengulangi dan menekankan bahwa turun ke jalan raya antarkota sebagai bagian dari demonstrasi yang tidak terkoordinasi akan membahayakan nyawa para demonstran dan pengemudi. Kami sekali lagi meminta agar Anda tidak memilih cara protes seperti ini, karena bisa memakan korban jiwa," kata pihak kepolisian, dikutip dari The Jarusalem Post.
Polisi mencatat bahwa sebagian besar pengunjuk rasa yang ikut serta dalam demonstrasi di pusat kota mematuhi hukum dan bahkan berterima kasih kepada polisi karena telah menjaga perdamaian.
"Kepolisian Israel menganggap hak untuk berunjuk rasa sebagai landasan di negara demokratis dan mengizinkan aksi protes selama dilakukan dalam kerangka hukum. Pada saat yang sama, polisi tidak akan membiarkan gangguan dalam bentuk apa pun atau membahayakan kebebasan bergerak dan perilaku apa pun yang dapat membahayakan keselamatan publik," ujar pihak polisi lebih lanjut.
Jelang lima bulan agresi brutal Israel ke Jalur Gaza, Palestina, sebagian warga semakin lantang mendesak Netanyahu mundur. Sebagian pihak menilai Netanyahu gagal melindungi keamanan nasional imbas kebobolan serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Eks PM Israel Ehud Barak meminta warga mengepung parlemen sebagai bentuk protes terhadap pemerintahan PM Benjamin Netanyahu atas kebijakan terkait agresi ke Jalur Gaza Palestina.
"[Sebanyak] 30.000 warga harus berkemah di luar Knesset siang dan malam," ujar Barak saat wawancara dengan Radio Angkatan Darat, Minggu (25/2).
Dia lalu berujar, "[Mereka harus] melakukannya sampai Netanyahu paham bahwa waktu dia sudah habis dan publik tak percaya ke dia."
Barak juga mengatakan kemarahan masyarakat meningkat karena kebijakan yang dianggap keliru terkait agresi Israel.